Operasi Barbarossa Penghianatan Hitler Terhadap Stalin

Rencana yang semula akan dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 1941 kini harus diundur dan dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 1941 akibat blunder Mussolini yang sebelumnya telah kita bahas. Hitler begitu pandai menyimpan rahasia sehingga Stalin, walaupun tahu bahwa suatu saat Jerman akan menyerang, tidak tahu pasti kapan tanggal pelaksanaan penyerangan tersebut. Sebenarnya jika Stalin mau berlaku bijaksana dan mendengarkan saran bawahannya, ia akan tahu kapan Hitler akan menyerang karena pada tanggal 14 Juni, seorang agen rahasia Rusia, Dr. Richard Sorge, telah memberikan peringatan dari Tokyo. Isi peringatan itu berbunyi, “ Perang akan dimulai tanggal 22 Juni. Sungguh ini adalah suatu informasi yang luar biasa bagi kepentingan Rusia. Namun, Stalin lebih memilih untuk mengabaikan peringatan ini karena ia telah meyakinkan kepada semua pihak bahwa perang tidak akan mungkin terjadi sampai tahun 1942. Lebih lanjut Stalin berkata, “Semua isu perang ini hanyalah propaganda yang sangat lucu yang dikirimkan oleh musuh-musuh Soviet.” Pernyataan ini kemudian menyurutkan ketegangan yang terjadi di dalam setiap lini depan pasukan Rusia dan membuat mereka tidak waspada.

Skema alur operasi Barbarossa
Pada kenyataannya Operasi Barbarossa dimulai pada pukul 03.30 pagi dan dilakukan dengan menyerang tiga arah yang berbeda. Terobosan ini dilakukan oleh tiga grup tentara, masing-masing Utara, Tengah dan Selatan. Grup Utara pimpinan Generalfeldmarschall Wilhelm Ritter von Leeb menyerbu dari Prusia Timur dengan sasaran Leningrad (St. Petersburg). Grup Tengah di bawah komando Generalfeldmarschall Fedor von Bock dari Polandia melalui hamparan rawa-rawa luas Pripyat menuju Smolensk untuk kemudian ke Moskow, sedangkan grup Selatan yang dipimpin oleh Generalfeldmarschall Gerd von Rundstedt bergerak ke arah Kiev dengan tujuan menguasai wilayah gudang pangan (gandum) di Ukraina serta sumber minyak bumi di Kaukasus. Kekuatan Tentara Jerman pada saat itu terdiri atas Angkatan darat yang memiliki pasukan antara 8 – 10 juta personel tergabung dalam 250 divisi, 30.000 tank dan 16.000 pesawat terbang.

Serangan dilakukan sepanjang perbatasan yang ratusan mil lebarnya dengan strategi kolone yang paralel, persis seperti yang telah dilaksanakan di Perancis, Mei 1940. Strategi seperti ini adalah stratgi yang paling baik karena didasarkan atas alasan luasnya medan dan memungkinkan penyerang melakukan tindakan memotong dan mengepung musuh atau yang kita kenal dengan sebutan pincer movement.
Inilah tujuan Hitler, yaitu mengurung dan mengepung musuh. Sebelum tentara Rusia yang menjaga perbatasannya sempat mengundurkan diri, mereka sudah harus dikurung dan dihancurkan.

Babak pertama Operasi Barbarossa berjalan lancar. Pemimpin-pemimpin Rusia telah mencatat peningkatan deploy pasukan Jerman sepanjang perbatasan barat, tetapi belum dapat memastikan hari H invasi. Informasi telah dikumpulkan komandan-komandan Rusia, seperti Timoshenko dan Zhukov yang kemudian memberikan perintah siaga pada tanggal 21 Juni, itu pun hanya sebagian unit. Pada hari pertama, angkatan udara Rusia telah kehilangan 1200 pesawat tempurnya. Komandan Angkatan Laut, Admiral Kuznetzov, berlari dari kantor staf jenderal menuju mabes untuk memberi sinyal siaga penuh ke seluruh angkatan laut. Namun, komunikasi di pihak Rusia lemah. Radio sangat sedikit sehingga komunikasi bergantung pada telegraf dan jaringan telepon yang sudah dirusak atau dihancurkan oleh Jerman. Reaksi berjalan lambat. Sebagian besar unit-unit terdepan tidak menerima perintah sama sekali, sisanya menerima perintah yang sudah kadaluarsa.

Sementara itu, Grup Tengah Jerman yang terdiri atas dua kelompok Panzer (ke-2 dan ke-3) bergulir ke timur dari kedua sisi Brest-Litovsk dan bertemu dengan pasukan ke-2, ke-4, dan ke-9 di depan Minsk dan melakukan gerakan menjepit.  Minsk jatuh. Gerakan pincer movement yang dilakukan berhasil menawan lebih dari ratusan ribu tentara Rusia. Dalam pincer movement itu turut bergerak divisi-divisi berlapis baja yang dipimpin oleh Jenderal Guderian dan Jenderal Hoth. Akan tetapi, pada saat-saat pertama itu pula tampak jelas bahwa meskipun mereka sudah dikepung, sikap pasukan Rusia berbeda sekali bila dibandingkan dengan pasukan Inggris-Perancis pada saat di Dunkirk. Tentara Rusia terus bertahan dan bertempur. Mengapa hal yang demikian berbeda bisa terjadi? Kita tak dapat langsung menyimpulkan bahwa tentara Inggris-Perancis memiliki mental yang lebih lemah dibandingkan dengan tentara Rusia yang bermental baja karena hal ini tak harus selalu terkait dengan kualitas mental setiap prajurit.

Weisung Nr. 21 Operasi Barbarossa
Sun Tzu, penulis Art of War, telah menjelaskan mengapa dua kondisi pengepungan tersebut berbeda. Menurut Sun Tzu, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh penyerang ketika melakukan pengepungan. Yang pertama adalah pengepungan harus dilakukan secepat kilat seperti angin. Yang kedua adalah pengepungan tidak boleh dilakukan secara merapat, dalam artian berikan satu ruang kosong bagi musuh untuk dapat melarikan diri. Hal ini akan memberikan harapan kepada musuh untuk selamat sehingga mereka lebih senang memikirkan bagaimana caranya untuk pergi meloloskan diri dibandingkan harus berjuang sampai mati. Inilah yang terjadi. Dalam peristiwa Dunkirk, kondisi medan pertempuran memberikan ruang kosong semacam itu: wilayah barat Perancis, Dunkirk, adalah salah satu wilayah pantai yang menghubungkan Perancis dengan Inggris melalui Selat Channel. 

Harapan inilah yang membuat tentara Inggris-Perancis lebih memilih mengundurkan diri daripada harus melawan balik, sedangkan situasi yang sangat berbeda terjadi di Rusia. Jerman melakukan pengepungan tanpa memberikan ruang untuk meloloskan diri. Sekalipun memang terdapat ruang untuk meloloskan diri dari pengepungan, tentara Rusia tidak diizinkan oleh Stalin untuk mundur. Jika terdapat satu tentara yang mundur, ia akan langsung dianggap desertir dan akan ditembak mati oleh anggota-anggota NKVD. Jadi, tidak ada satu ruang pun bagi tentara Rusia untuk mengundurkan diri dari medan pertempuran sehingga hanya akan ada dua pilihan bagi mereka: Bertempur atau mati. Menyerah pun bukan pilihan karena mereka sadar bahwa menyerah kepada Jerman hanya akan menawarkan diri mereka secara sukarela ke kamp-kamp konsentrasi atau mengikhlaskan diri untuk dieksekusi mati.

Kembali ke medan pertempuran, tentara Jerman telah mencapai Sungai Berezina, ini artinya mereka sudah sejauh 650 km dari garis awal. Pada tanggal 11 Juli Guderian telah menyeberangi Sungai Dnieper dan Jenderal Hoth melintasi sungai Dvina. Target berikutnya adalah Smolensk untuk membuka pintu masuk ke Ibu Kota Rusia, Moskow.

Awal Operasi Barbarossa yang gilang-gemilang menimbulkan rasa optimis di benak Hitler. Smolensk sudah berhasil direbut pada tanggal 16 Juli. Dengan direbutnya Smolensk dan majunya Grup Tengah dan Utara ke arah Sungai Luga, kedua grup tersebut telah mencapai tujuan besar pertama mereka: menyeberang dan mempertahankan jembatan darat antara Dvina dan Dnieper. Jalur ke Moskow yang kini tinggal 400 km jauhnya telah terbuka lebar. Para Jenderal Jerman, seperti Halder, Guderian, dan von Kluge hendak bersiap menyerbu terus ke Moskow, tetapi ternyata Hitler menghendaki arah lain: Ukraina. Hitler memerintahkan Grup Utara dan Tengah untuk membantu kemajuan tentara Grup Selatan yang mengalami hambatan menguasai Ukraina. Hanya satu koridor menuju Kiev yang berhasil diamankan pada pertengahan Juli.

Ukraina Harus Ditaklukkan 'Blunder Hitler setelah Dunkirk'

Bagi Hitler, Ukraina merupakan gudang gandum Rusia yang subur yang jika direbut dapat membantu tenaga perang Jerman. Dengan demikian, Hitler memandang Ukraina melalui pertimbangan ekonomi bukan militer. Ini adalah blunder Hitler yang sama seperti yang terjadi di Dunkirk. Menurut jenderal-jenderal yang lain, Ukraina harus dikesampingkan. Leningrad dan Moskowlah yg harus terlebih dahulu diserang, apalagi Moskow adalah daerah pusat indusri Rusia dan jalan ke sana sudah terbuka lebar. Segala kekuatan seharusnya dipusatkan pada Grup Tentara Utara pimpinan Leeb dan Grup Tentara Tengah pimpinan Bock dan Leningrad beserta Moskow akan bisa segera dikuasai untuk memastikan kemenangan operasi ini. Perbedaan pandangan ini menimbulkan debat yang berlarut-larut padahal serangan bisa segera dilaksanakan ke arah Leningrad dan Moskow setelah Smolensk jatuh pada tanggal 16 juli. Namun, perdebatan yang memakan waktu beberapa minggu sampai permulaan Agustus telah menghilangkan waktu yang sangat berharga. Akhirnya, Moskow ditinggalkan dan semua kekuatan dipusatkan untuk merebut Kiev di Ukraina. Sejarah Dunkirk terulang dengan konsekuensi yang lebih fatal.

Operasi Typhoon

Pada tanggal 25 Agustus 1941, Guderian memberi perintah atas nama Hitler untuk menyerang Kiev. Waktu sudah bergulir delapan minggu, tetapi Rusia belum bertekuk lutut. Jeda waktu setelah Smolensk jatuh hingga penyerangan dilakukan lagi dengan target operasi yang berbeda membuat operasi ini tidak dapat diselesaikan sebelum musim dingin, sedangkan peralatan musim dingin bagi tentara Jerman tidak dipersiapkan, perbandingannya hanya ada satu pakaian musim dingin untuk lima tentara.

Di Ukraina, jalan-jalan sangat buruk. kondisinya penuh pasir pada waktu musim panas. Hal ini menyebabkan banyak kendaraan bermotor menjadi macet, terlebih ketika hujan mulai turun. Jalanan menjadi rawa-rawa dan kendaraan bermotor Jerman pun terpaku. kemajuan lambat: unsur blitzkrieg pun tamat.

Ketika hujan kemudian semakin deras, keadaan jalan semakin kacau. Hanya kendaraan beroda rantai yang masih dapat bergerak susah payah untuk menarik truk dari lumpur Rusia yg dikenal dengan sebutan rasputitza. Guderian mengeluhkan keadaan menyengsarakan ini.

Meskipun demikian, berkat divisi tank dan keuletan tentara Jerman, mereka akhirnya dapat merebut Kiev yang jatuh pada akhir September. Sekitar 665 ribu tentara Rusia terkepung dan tertawan di Kiev. Sungguh suatu kemenangan taktis.

Pada bulan September telah diputuskan kini giliran Moskow untuk direbut. Dilaksanakanlah Operasi Thypoon. Operasi serangan ini dimulai tanggal 2 Oktober dan pecahlah pertempuran hebat di Vyasma, di tengah jalan antara Smolensk dan Moskow. Sebelas hari kemudian tak kurang dari 650 ribu tentara Rusia tertawan bersama dengan 5.000 meriam dan 1.200 tank. Kemenangan masih tetap.dapat diraih oleh Jerman. Banyaknya tentara Rusia yang tertawan membuat Hitler semakin optimis dan merasa bahwa tentara Rusia sudah tidak berdaya sehingga ia sudah menyiapkan pasukan khusus untuk menghancurkan Kremlin.

Akan tetapi, segera semangat dan suasana di kalangan pimpinan dan tentara Jerman berubah seketika. Mereka heran dan kecewa bahwa pada akhir Oktober dan permulaan November, orang Rusia yang telah menelan begitu banyak kekalahan masih terus melanjutkan perlawanan. Pertahanan mereka semakin gigih dan sengit. Pimpinan tentara Rusia yang bertugas melindungi Moskow diganti oleh Marsekal Georgi Zhukov. Hutan-hutan disekitar Moskow pun dipenuhi ranjau dan rintangan kawat berduri. Sarang meriam dan senapan mesin disembunyikan secara pandai. Tentara baru dibentuk dan simbol masyarakat negara Rusia, kaum buruh, dikerahkan. Keterlambatan penyerangan akibat masalah Ukraina membuat Rusia mampu mengirimkan bala bantuan dari sebelah timur: tentara Siberia setelah Dr. Richard Sorge, seorang spionase Rusia, berhasil meyakinkan Stalin bahwa Jepang tidak akan menyerang Rusia dari timur. Kondisi-kondisi ini telah membalikkan keadaan pertempuran. Pasukan Jerman yang telah letih harus berhadapan dengan tentara Rusia yang masih segar, belum lagi ancaman musim dingin yang akan segera datang pada permulaan November 1941. Seolah-olah keadaan ini belum cukup menyengsarakan, muncul tank Rusia jenis baru: T-34 di medan pertempuran Vyasma. 

Tank ini lebih superior dan meriam antitank yang digunakan oleh infanteri Jerman tidak sanggup menjinakkan monster baja ini, hanya tank sekelas panther atau tiger I yang mampu menjinakkannya. Hitler kembali salah menduga karena sebelumnya jumlah divisi tank Rusia hanya sedikit dan kemenangan-kemenangan yg begitu cepat dalam menguasai wilayah-wilayah barat Rusia semakin membenarkan pandangannya, padahal jauh dari wilayah barat, di dalam pegunungan Ural, Rusia masih terus memproduksi tank. Teror tank telah dimulai di medan pertempuran Rusia.

Pada tanggal 26 Oktober, Marsekal vob Kluge memindahkan markasnya lebih dekat ke Moskow, yaitu dekat Naloyaroslavets. Dari jauh tampak Kota Moskow yang dikelilingi oleh sistem pertahanan yang dalan (in depth). Untuk menghadapinya, Jerman membutuhkan artileri dan kendaraat beratnya, tetapi itu semua telah tertahan rasputitza jauh di belakang.

Dalam bulan November diadakan rapat khusus membahas pilihan: tunda serangan sampai musim semi 1942 atau lanjutkan ofensif sampai musim dingin. Keputusannya adalah lanjutkan ofensif. Pertengahan November masa rasputitza berakhir. Air mulai membeku. Serangan tank Jerman mula-mula berhasil. Jarak Moskow tinggal 40 mil. Akan tetapi mendadak tanggal 20 November “General Winter” menyerang dengan hebat. suhu merosot hingga minus 30 derajat. Salju mulai turun dan setibanya di terusan Moskova-Volga, tentara Jerman ditahan oleh pasukan Rusia yang masih segar. Tanggal 3 Desember Rusia mulai menyerang dengan tank dibantu oleh kaum buruh yang telah dikerahkan untuk mempertahankan kota.

Dimulainya operasi Typhoon akibat perubahan strategis, taktik, dan kampanye yang dilakukan Hitler telah menggagalkan rencana awal. Dengan demikian, Operasi Barbarossa telah berakhir. Operasi Typhoon masih terus berlangsung dan akan diikuti oleh pertempuran besar pada bulan Juni hingga September 1942 yang dikenal dengan sebutan Battle of Moscow.

Share on Google Plus

Tentang bang opek

Seseorang yang selalu berusaha untuk menjadi lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Dan semoga artikel yang tedapat pada situs milik Bang Opek ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita kedepannya nanti. Bagi yang memiliki saran atau kritik silahkan hubungi Bang Opek melalui Fanspage atau Twitter kami dan juga bisa melalui Formulir Kontak pada bagian bawah (footer)

0 komentar:

Posting Komentar