Dinasti Ming (1368-1644)

Awal Berdirinya Dinasti Ming 

Selain adanya diskriminasi etnis yang dilembagakan dinasti Yuan terhadap etnis Han yang memicu kebencian dan pemberontakan, penjelasan lain tentang jatuhnya dinasti Yuan yakni pemungutan pajak yang terlalu tinggi, gagal panen, inflasi, dan bencana alam berupa banjir besar Sungai Kuning (1351) sebagai akibat dari terbengkalainya proyek irigasi.


Adanya pemungutan pajak yang terlalu tinggi, gagal panen, inflasi, dan banjir Sungai Kuning yang berdampak pada berantakannya pertanian dan ekonomi tersebut memicu pecahnya pemberontakan petani yang dikenal dengan Pemberontakan Serban Merah (Red Turban Rebellion) yang terjadi pada tahun 1351.

Pada tahun 1351, Guo Zixing memimpin pemberontakan dan berhasil menguasai wilayah Haozhou. Pada saat itu, Zhu Yuanzhang ikut berjasa dalam beberapa pertempuran, hal ini kemudian menarik perhatian Guo yang akhirnya menikahkan putri angkatnya kepada Zhu Yuanzhang. Setelah Zhu Yuanzhang meninggalkan Haozhou dan memperkuat diri sendiri, pada tahun 1356 dia berhasil menaklukkan Jiqing (sekarang Nanjing) dan mengubah nama tempat itu  menjadi Yingtian. Yingtian inilah yang kemudian menjadi ibukota yang baru setelah Dinasti Ming berdiri.

Peningkatan kekuatan pertahanan dan pemusatan pada perbaikan logistik, serta tidak terlalu gegabah untuk mengangkat diri sendiri menjadi raja (berdasarkan nasihat Zhu Sheng) telah dapat memperkuat Zhu Yuanzhang dalam waktu singkat. Ia kemudian menyerang pemberontak lainnya, Chen Youliang pada tahun 1360 dan berhasil memukul mundur pasukan Chen ke Jiangzhou, wilayah pesisir sebelah timur Yingtian. Dalam waktu tiga tahun, Zhu berhasil menghancurkan kekuatan Chen. 

Pada tahun 1367, Zhu Yuazhang berhasil menaklukkan Zhang Shicheng, pemberontak lainnya yang menguasai Pingjiang (sekarang Suzhou, Jiangsu). Di tahun yang sama, Zhu juga menghancurkan kekuatan Fang Guozhen yang saat itu menguasai pesisir Zhejiang.

Pada tahun 1368, Zhu Yuanzhang berhasil mendirikan Dinasti Ming setelah dia berhasil mengusir bangsa Mongol kembali ke utara, menghancurkan Dinasti Yuan dan menghancurkan kekuatan para pemberontak. Dinasti Ming yang disebut sebagai “salah satu masa terbesar dari pemerintahan yang tertib dan stabilitas sosial dalam sejarah manusia” merupakan dinasti terakhir di Cina yang diperintah oleh etnis Han. 

Kaisar-Kaisar yang Terkenal pada Masa Dinasti Ming 

Kaisar Hongwu (Zhu Yuanzhang)



Zhu Yuanzhang merupakan pendiri sekaligus kaisar pertama dari dinasti Ming, dan bergelar Kaisar Hongwu. Kaisar Hongwu (memerintah tahun 1368-1398) berusaha untuk menciptakan suatu masyarakat pedesaan mandiri yang diperintah secara tegas. Pada masa ini, setidaknya secara lahiriah dinasti Ming tampaknya memiliki masa pemerintahan sangat kuat, tegas, dan sangat terpusat. 

Adapun kebijakan yang dilakukan pada masa pemerintahan Kaisar Hongwu antara lain berupa pembudidayaan tanah tandus dan terlantar, yakni dengan cara membagikan tanah kepada petani-petani kecil, yang mana hal ini dimaksudkan agar mereka dapat menghidupi dirinya dan keluarga mereka secara mandiri. Kebijakan ini pun terbukti pada tahun 1370, di mana Kaisar Hongwu memerintahkan untuk membagi-bagikan tanah di Anhui dan Hunan kepada para petani muda yang telah mencapai usia dewasa dengan tujuan mencegah pencaplokan tanah oleh kaum tuan tanah, juga ditegaskan bahwa status tanah tidak bisa dialihkan. Pada pertengahan masa pemerintahannya, dikeluarkan sebuah kebijakan yang isinya menyebutkan bahwa mereka yang menempati tanah tandus dan terlantar dapat memilikinya sebagai hak pribadi tanpa dikenai pajak. Kebijakan ini pun disambut hangat oleh rakyat. 

Selain itu, di bawah pemerintahan Kaisar Hongwu, para birokrat Mongol disingkirkan dari pemerintahan dan digantikan oleh orang-orang dari etnis Han. Ia memperbaiki sistem ujian kerajaan untuk memilih pejabat negara dan pegawai negeri berdasarkan jasa dan pengetahuan mengenai literatur dan filsafat. Kandidat untuk pegawai sipil dan militer harus lulus dari ujian kerajaan. Kaum Konfusius yang terpinggirkan selama Dinasti Yuan selama hampir seabad dapat berperan kembali dalam pemerintahan. 

Kaisar Yongle (Zhu Di)



Kaisar Yongle adalah kaisar ketiga Dinasti Ming (memerintah tahun 1402-1424) yang merupakan putra keempat Kaisar Hongwu. Dia menjadi kaisar setelah menggulingkan keponakannya (Zhu Yunwen) melalui kudeta berdarah yang dikenal dengan nama Insiden Jingna. Yongle adalah salah satu kaisar terbaik yang pernah memerintah Cina. Prestasinya antara lain mengirim ekspedisi pelayaran keliling dunia di bawah pimpinan kasim Zheng He (Cheng Ho) sehingga budaya dan keagungan Cina tersebar ke penjuru dunia.

Kekaisaran baru ditata dengan rencana untuk memperkuat dan menstabilkan ekonomi baru, tapi pertama kali dia harus membungkam pertikaian. Dia menciptakan sebuah sistem sensor yang rumit untuk menghapus pejabat korup. Kaisar Yongle mengirim beberapa perwira yang paling dipercaya untuk mengungkapkan atau menghancurkan masyarakat rahasia, bandit, dan loyalis kepada sanak saudara lainnya. Untuk memperkuat ekonomi, dia berjuang untuk penurunan populasi dengan reklamasi lahan, memanfaatkan angkatan kerja yang ada, memaksimalkan tekstil dan produksi pertanian. 

Yongle merebut kembali produksi daerah kaya seperti Delta Yangtze Bawah (Lower Yangtze Delta) dan menyerukan rekonstruksi Kanal Besar Cina (Grand Canal Cina). Selama pemerintahannya, Kanal Besar hampir sepenuhnya dibangun kembali dan akhirnya dapat memindahkan barang impor dari seluruh dunia.

Yongle secara ambisius berencana untuk memindahkan ibukota ke Beijing. Menurut legenda populer, ibukota dipindahkan ketika penasihat kaisar membawa kaisar ke bukit-bukit di sekitar Nanjing dan menunjukkan kerentanan istana kaisar terhadap serangan artileri.

Kompleks istana kekaisaran yang terdiri dari kantor pemerintahan, tempat tinggal kaisar dan keluarga kekaisaran beserta para pejabat yang dikenal dengan nama Kota Terlarang pada tahun 1420 akhirnya selesai dibangun setelah mengalami masa pembangunan yang panjang dari tahun 1407-1420. Dengan demikian, pada tahun berikutnya ibukota kekaisaran Cina dipindahkan dari Nanjing ke Beijing yang hingga kini menjadi ibukota Cina.

Akhir Dinasti Ming

Pada dekade 1630-1640an, Dinasti Ming telah menunjukkan tanda-tanda kejatuhannya, bencana alam di mana-mana dan juga maraknya pemberontakan. Serbuan suku Manchu dari utara makin memperkeruh situasi. Pada puncaknya, Beijing jatuh ke tangan pemberontak yang dipimpin oleh Li Zicheng dengan pasukan yang beranggotakan satu juta orang, dan menyerbu masuk ibukota Beijing pada tahun 1644. Kekalahan ini menyebabkan Kaisar Chongzhen (Ch’ung-chen) memutuskan untuk bunuh diri dengan menggantung dirinya sendiri di belakang Kota Terlarang.  

Sebelum hal itu terjadi, Chongzhen mengumpulkan keluarganya dan memerintahkan mereka (kecuali putra-putranya) bunuh diri daripada menyerah pada musuh. Hampir semua dari mereka melakukan apa yang diperintahkannya, termasuk permaisuri yang menggantung dirinya, seorang selir yang menolak bunuh diri dibunuhnya sendiri dengan pedang. Seorang putrinya, Putri Chang Ping yang juga menolak bunuh diri ditebas lengan kirinya hingga putus. Dengan kematian Kaisar Chongzhen,  berakhirlah riwayat Dinasti Ming yang telah menguasai Cina selama 276 tahun.

Share on Google Plus

Tentang bang opek

Seseorang yang selalu berusaha untuk menjadi lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Dan semoga artikel yang tedapat pada situs milik Bang Opek ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita kedepannya nanti. Bagi yang memiliki saran atau kritik silahkan hubungi Bang Opek melalui Fanspage atau Twitter kami dan juga bisa melalui Formulir Kontak pada bagian bawah (footer)

0 komentar:

Posting Komentar