Mohandas Karamchand Gandhi atau yang lebih kita kenal dengan nama Mahadma Gandhi yaitu salah seorang tokoh asal India yang sangat menginspirasi dunia. Dia dilahirkan pada tanggal 2 oktober 1869 di sebuah kota kecil bernama Portbandhar atau yang lebih dikenal dengan nama Sudamapuri. Tempat ini adalah sebuah kota kecil di antara Bombay dan Karachi. Kota kecil ini sangat jauh dari pengaruh budaya Eropa sehingga wajar saja bila penduduknya masih memeluk agama Hindu dengan sangat erat. Mereka dilarang untuk merokok, minum-minuman keras dan berjudi. Dari kultur masyarakat demikianlah Gandhi lahir dan di didik serta dari kultur masyarakat demikianlah yang mempengaruhi sifat dan pribadi Gandhi kelak.
Ayahnya bernama Karamchand Gandhi yang berprofesi sebagai hakim sedang ibunya bernama Putlibai seorang yang saleh dan juga baik hati. Ia juga sering melakukan Caturmas dan mendoakan orang-orang disekitarnya supaya terbebas dari kesengsaraan serta supaya mereka semua agar segera keluar dari penderitaan yang sedang dialami. Pada masa muda dan studinya Gandhi tidak terlalu menonjol melainkan hanya seorang anak muda yang biasa – biasa saja. Sedangkan dalam segi pertemanan dia kurang pandai bersosialisasi . hal ini terjadi karena dia takut diajak berbicara oleh teman-temannya dan takut untuk dibully. Oleh sebab itu ketika waktu pulang dia langsung bergegas pulang dan mengunci dirinya didalam kamarnya. Menurutnya hal ini lebih mengasyikkan dan menganggap bahwa buku adalah teman-temannya yang berharga.
Mahadma Gandhi adalah seorang anak yang sangat patuh pada ibunya serta pribadi yang sangat jujur. Gandhi sendiri terinspirasi dari sebuah buku yang dibeli ayahnya berjudul “Shravana Pitribhakti nataka” yang mengisahkan tentang pengabdian Shravana kepada orang tuanya. Di India pernikahan dini adalah hal yang sangat wajara dan oleh karena budaya tersebut akhirnya Gandhi yang masih berusia 14 tahun dipaksa menikah dengan seorang gadis bernama Kasturbai berusia 13 tahun. Karena pernikahan yang dipaksakan oleh kedua orang tuanya berdampak pada kehidupan rumah tangganya yang kurang stabil.
Pada tahun 1885 ayah Gandhi meninggal dunia. Hal inilah yang membuat Gandhi dan saudara-saudaranya pada akhirnya memutuskan untuk mulai menentukan masa depan dan tujuan hidup mereka ke depannya.Setelah lulus SMA Gandhi berhasil melanjutkan studinya dan masuk Universitas Samal Das Collage di Ahmedabad. Tetapi karena tidak puas oleh pendidikan yang diterimanya di universitas tersebut akhirnya Gandhi mulai mencari-cari informasi tentang pendidikan di Inggris. Hal ini sangat didukung oleh kakaknya Lakmidas Mohandas Gandhi. Seperti kata pepatah lain lubuk lain pula ilalang. Peribahasa tersebut sepertinya mirip dengan yang dialami oleh Gandhi karena suku asalnya Mod Bania melarang Gandhi untuk pergi ke Inggris. Sebab belum pernah ada satu orangpun dari suku tersebut yang pernah pergi ke negeri ratu Elizabeth tersebut. Hal lain dikhawatirkan bahwa ketika dia disana takut tidak bisa untuk melakukan ajaran agamanya disana.
Meskipun terjadi perdebatan yang sangat alot antara Gandhi dan juga pemimpin sukunya Gandhi tetap ingin untuk pergi ke Inggris. Hingga pada suatu saat datanglah seorang Rabi (pemuka agama) bernama Becharji Swami yang menyelesaikan konflik tersebut dengan mengambil sumpah Gandhi yang berisi untuk menjauhi wanita, anggur dan juga daging. Diapun akhirnya berangkat pada tanggal 4 September 1888 tepat satu bulan sebelum ulang tahunnya yang Ke – 19. Setelah kurang lebih tiga minggu berlayar akhirnya dia sampai di Southampton. Ketika berada di Inggris ia tidak bisa menemukan restoran untuk makanan vegetarian dan tidak beranai melanggar sumpahnya untuk makan daging. Namun lama kelamaan akhirnya Gandhi mulai terbiasa dengan memakan roti. Tanpa disengaja ketika jalan-jalan di Inggris dia akhirnya menemukan sebuah restoran yang memasak makanan vegetarian sehingga membuat hatinya berdebar-debar seperti ketika dia sedang jatuh cinta. Restoran terseut terletak di Farringdon Street.
Setelah sekian lama dia hidup di Inggris berlahan-lahan membuat Gandhi menjadi seorang yang mulai meniru budaya orang-orang Inggris. Dia mulai mengenakan jas, belajar dansa, bahasa Prancis, berpidato serta dia mulai membaca berbagai macam surat kabar seperti Daily News, Daily Telegraph dan The Pall Mall Gazette. Belajar pidato yang ia lakukan berasal dari sebuah buku Karya Bell berjudul Standart Elocotionist. Setelah beberapa bulan hidup dengan mode fashion orang Inggris akhirnya dia mulai sadar bahwa tujuan utamanya datang ke Inggris bukanlah untuk hidup mewah dan menikmati budaya bangsa Inggris melainkan adalah untuk belajar tentang ilmu hukum. Oleh karena itu dia mulai membulatkan tekadnya kembali dengan membuang semua kesan mewah tersebut dengan mulai fokus dalam studinya. Untuk mencapai tujuan tersebut dia juga menambah mata pelajaran bahasa Prancis dan juga latin yang digunakan untuk menunjang kebutuhan studi hukumnya. Hebatnya dia berhasil menyelesaikan kuliahnya hanya dalam 3 tahun saja dan kemudian dia kembali ke India pada tahun 1891.
Setelah sampai di India dia baru tahu bahwa ibunya meninggal dunia. Hal ini dirahasiakan oleh kakaknya karena takut jika kabar ini di dengar oleh Gandhi di Inggris dapat membuat studinya terganggu. Dari kejadian ini dia mengalami syok dan tekanan batin yang lumayan besar atas kepergian ibunya orang yang paling dihormatinya tersebut. Pada tanggal 10 Juni 1891 dia mendapat panggilan dari pihak pengadilan setempat untuk mulai bertugas di Bombay. Dia tidak lama berada di Bombay karena besarnya biaya dikelurakan dari pada penghasilan yang berhasil ia dapatkan. Kemudian dia mulai berpindah kesebuah kota kecil bernama Rajkot. Ternyata keputusannya untuk berpindah ke kota tersebut tidaklah salah sebab dia berhasil mendapatkan penghasilan yang lebih baik disana.
Pada suatu ketika dia mendengar kabar bahwa nasib orang-orang India yang berada di Afrika Selatan diperlakukan dengan kurang baik karena perbedaan warna kulit mereka yang hitam. Setelah mendengar berita tersebut hatinya menjadi tergerak untuk berangkat kesana demi membela kaumnya. Pada bulan April 1893ndi berlayar menuju Durban. Setibanya di tempat inilah dia melihat perlakuan diskriminatif oleh orang-orang Inggris terhadap orang India disana. Kemudian dia memutuskan menuju pengadilan dan mencari kenalan disana untuk bisa memperjuangkan nasib dari pada kaum India disana. Tetapi usahanya tidak berbuah manis karena ketika dalam persidangan Gandhi disuruh untuk melepas surban di kepalanya namun dia tidak mau melepaskan sorbanya tersebut dan lebih memilih untuk keluar meninggalkan ruang persidangan tersebut.
Setelah kurang mendapat apa yang dia inginkan di kota tersebut akhirnya dia memutuskan untuk pergi menuju pretoria dengan menggunakan kereta api. Namun ketika berada di dalam kereta dia disuruh untuk duduk digerbong barang karena dianggap bahwa orang kulit hitam yang menggenakan jas tidak pantas untuk duduk bersama dengan orang-orang Inggris yang lainnya. Tetapi dia tidak melanjutkan perjalanannya dan berhenti di Maritzburg karena dari perlakuan orang-orang tersebut. Hal serupa juga dialaminya ketika dia menginap di Hotel dan kemudian di usir karena dia berkulit hitam.
Sejak saat itu semakin besar niatnya untuk memperjuangkan bangsanya. Perjuangan ini bukan berbentuk suatu revolusi fisik melainkan suatu perjuangan yang menggunakan kekuatan-kekuatan jiwa yang kemudian dikenal dengan nama”Satyagraha”. Perjuangannyapun dimulai dengan meninggalkan cara hidupnya yang lebih mewah menjadi lebih sederhana dan mencintai sesama tanpa membedakan warna kulit dan ras namun dalam menjalankan ajarannya ini Gandhi tetap berpegang teguh pada agama yang dianutnya. Selain dia juga mulai terjun ke dunia politik. Dalam karier politiknya dibagi dalam dua periode. Periode pertama bercirikan agitasi formal seperti ceremah-ceramah di berbagai konferensi hingga tahun 1901.
Pada periode kedua, tahun 1902 lahirlah gerakan “Satyagraha” untuk meperbaiki nasib warga India di Afrika Selatan. Dalam membantu kerjanya serta membantu penyebaranya supaya dapat dengan cepat meluas di mulai menerbitkan journal mingguan yang diberi nama Indian Opinio yang terbit 1904. Setelah 3 tahun disana Gandhipun pulang ke negaranya setelah mendapat surat cinta dari istrinya yang berisi tentang kerinduannya terhadap Gandhi. Setelah sampai di India dia mulai melanjutkan perjuangannya di tanah kelahirannya sendiri. Namun hal yang dilakukan oleh Gandhi tersebut tidak semudah seperti yang diharapkan olehnya. Setelah beberapa waktu berjuang di India dia memutuskan untuk kembali ke Afrika Selatan, namun kali ini dia tidak sendiri sebab dalam kepergiannya ke ujung benua Afrika tersebut dia ditemani oleh isteri dan anak-anaknya. Setibanya di sana ternyata Gandhi dan kelurganya malah dikejar-kejar oleh orang kulit putih untuk dimasukkan kedalam penjara karena diduga Gandhi telah menghasut orang-orang untuk membenci dan memusuhi orang-orang kulit putih.
Setelah dia bebas dari penjara dia mulai melanjutkan perjuanganya dengan memperjuangkan hak-hak orang-orang India di sana. Dia mengajarkan kepada para pengikutnya untuk tidak menggunakan kekerasan dalam memperjuangkan haknya tetapi dia lebih menekankan kepada para pengikutnya untuk menggunakan kelembutan hati dalam menghadapi perlakuan yang kurang baik. Dari cara ini semakin bertambahlah pengikut Gandhi. Pada permulaan perang dunia pertama tahun 1944 Gandhi kembali ke India karena melihat pengikutnya di sini sudah dapat melakukan ajarannya dengan sangat baik. Setibanya Gandhi di India timbullah keinginan untuk membebaskan bangsanya dari segala bentuk penjajahan. Langkah pertama yang dilakukan olehnya adalah dengan menghapus sistem kasta yang berada di masyarakat hindu.
Untuk mewujudkan tujuannya dia mendirikan sebuah tempat dengan nama “Ashram” atau perumahan , yang membebaskan setiap orang untuk tinggal dan menetap disana tanpa mengenal sistem kasta. Namun tetap harus patuh terhadap peraturan yang dibuat oleh Gandhi yaitu untu hidup sederhana dan seadanya. Namun karena kelunakan sifat yang dimiliki olehnya banyak orang-orang hindhu yang kurang suka terhadap caranya tersebut. Untuk menghadapi mereka semua Gandhi berkata bahwa:
“saya mengingginkan kemerdekaan India tanpa adanya pertumpahan darah. Yang saya utamakan adalah dengan mendapatkan kemerdekaan dalam kondisi yang bersahabat dan damai. Maka dari itu kita harus bisa menentang mereka tanpa adanya kekerasan senjata. Yang harus kita tunjukkan pada mereka adalah kemauan kita yang keras kemauan ingin merdeka dan diperlakukan dengan adil.”
Pada tahun 1919, ia memimpin suatu perlawanan terhadap pemerintah Inggris tanpa adanya kekerasan dengan cara mogok kerja massal. Namun hal ini malah di tanggapi oleh pemerintah Inggris sangat serius dengan menggunakan kekerasan bersenjata sehingga tidak sedikit dari mereka yang mengalami luka-luka bahkan meninggal dunia. Sebelum aksi mogok tersebut dimulai Gandhi menjelaskan :
“Kamu harus siap-siap menghadapi maut. Tetapi kamu tidak boleh membunuh. Anggaplah musuh-musuhmu sebagai saudaramu yang bodoh. Tolonglah jika ia luka. Jika ia coba melukaimu elakkanlah sehingga hal ini jangan sampai terjadi. Akhirnya tak ada seorang lawan yang demikian kuat atau kejam yang bisa menahan kasih sayang yang dihadapinya. Kita hanya bisa membunuh rasa benci didalam hati sanubari musuh kita.”
Meskipun Gandhi sendiri adalah sosok pemimpin yang baik namun tidak semua pengikutnya melakukan hal yang sama. Pada tahun 1947 India terpecah menjadi India dan Pakistan akibat konflik antara orang Hindhu dengan Islam yang akhirnya membuat Gandhi kembali untuk kembali berpuasa agar supaya konflik yang diterima oleh negaranya bisa cepat untuk segera mereda dan tanpa adanya kekerasan. Ia menjadi suri tauladan bagi rakyat India, sebagai seorang pemimpin sejati. Gandhi sendiri meniggal pada tanggal 30 Januari 1948. Ketika proses pemakamannya terdapat pidato pidato yang dilakukan oleh Pandit Nehru (Pemimpin Negara). Salah satu kalimatnya berbunyi seperti ini:
“Cahaya telah menghilang dari kehidupan kita. Sekeliling kita menjadi gelap gulita. Bapak bangsa kita telah tiada. Doa yang paling baik baginya ialah mengabdikan hidup kita kepada kebenaran, dan melanjutkan cita-citanya menuju dunia yang penuh dengan kedamaian dan kasih sayang. Karena dia hidup untuk mencapai cita-citanya itu, dan mati karena cita-citanya itu.”
Berakhirlah kisah Mahadma Gandhi. Seorang yang berjasa besar bagi negara dan bangsanya India. Semoga kita dapat mengambil nilai positif dari sepenggal kisah hidup dari Mahadma Gandhi.
Baca Juga:
0 komentar:
Posting Komentar